Minggu, 05 April 2009

Tsunami, Gelombang Dekat Pelabuhan


Tsunami, sebuah kata identifikasi ancaman yang terdengar aneh dan asing. Namun sejak kejadian Bencana Tsunami di Aceh tahun 2004, nama itu menjadi terkenal dan sering di sebut-sebut di berbagai kesempatan dan media di seluruh dunia. Darimanakah asal kosakata ini, kalau mau berpikir secara lebih dalam dan menurut kebiasaan peristilahan kata tersebut dimungkinkan berasal dari wilayah yang sering dilanda bencana tersebut. Jepanglah asal kata yang mengerikan tersebut. Menurut bahasa Jepang (Hiragana), Tsunami berasal dari kata “Tsu” yang berarti pelabuhan dan “Nami” yang berarti gelombang. Berarti Tsunami mempunyai terjemahan bebasnya adalah gelombang di dekat pelabuhan, yang telah ada sejak beberapa abad yang lalu. Sejarahnya berawal dengan ditemukannya naskah kuno dari zaman pemerintahan kerajaan Shogun. Dinasti Tokugawa Shogun (1603-1867) yang merupakan pemerintahan tertinggi di wilayah Edo (sekarang Tokyo) telah mencatat bahwa terjadi bencana Tsunami di kawasan pesisir pantai Kuwagasaki, Tsugaruishi, Otsuchi, Miho dan Tanabe pada tanggal 26 Januari 1700, dengan skala kekuatan 9 Mw dan berpusat di Cascadia, Utara Amerika.

Di wilayah Indonesia, Tsunami juga menjadi ancaman yang potensial karena negeri kepulauan ini berpangku pada 4 lempeng tektonik teraktif di dunia; Indo-Australia, Eurasia, Pasifik dan Philipina. Berdasarkan data dari berbagai sumber, sejak tahun 1801-2006 tercatat 164 kejadian Tsunami. Selama kurun waktu 1991-2006 telah terjadi 23 kali gempabumi skala richter tinggi yang secara potensial telah menyebabkan 10 kejadian Tsunami merusak, seperti misalnya terjadi di Flores thn 1992, Banyuwangi thn 1994, Biak thn 1996, Banda Aceh thn 2004 dan yang paling baru terjadi di Pantai Pangandaran, jawa Barat thn 2006.

Tsunami di Banda Aceh tanggal 26 Desember 2006 merupakan mimpi terburuk bagi Negara Republik Indonesia.

Bencana terbesar selama dua dekade terkahir abad ini dengan jumlah korban kurang lebih 400.000 jiwa meninggal dan mengakibatkan kehancuran dahsyat seluas ribuan kilometer di daratan Aceh. Sejak terjadinya gempa, diperkirakan 30-40 menit kemudian gelombang Tsunami akan mencapai pantai terdekat dengan ketinggian gelombang inundasi 36 meter. Amplitudo gelombang Tsunami telah mencapai ribuan kilometer dari Banda Aceh, hingga mencapai Malaysia, Myanmar, India, Srilanka, Maldives dan Somalia di pesisir timur Benua Afrika. Peristiwa yang mengerikan dan telah mengundang empati seluruh dunia. Gempa hebat dengan skala 9.1 SR di dekat pulau Simeleu akibat bertumbukan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia. Gempa bumi terbesar ke lima di dunia sepanjang sejarah pencatatan gempa dengan seismograf, yang merupakan gempa berulang selama 100-400 tahun lalu. Tercatat gempa besar terjadi di perairan Padang sampai Bengkulu pada 150 tahun silam, pada tahun 1833 tercatat dengan skala 8,5 SR dan pada tahun 1833 dengan skala 8,9 SR. Tidak kurang mengerikan menurut seismolog bahwa gempa di Aceh tersebut telah diperkirakan membuat sesar raksasa sepanjang 1.200 km dengan lebar 300 km dari perairan Pulau Simeleu NAD sampai ke Utara yaitu Kepulauan Andaman.

Comments :

1

Artikel menunggu tanggapan anda, sebagai ruang diskusi untuk peredaman risiko bencana tsunami

FPBI mengatakan...
on 

Posting Komentar